Cari Blog Ini

Jumat, 14 Oktober 2016

RUARRR BIASSSAHHH....

ORANG INI KAYA RAYA SETELAH DITAMPAR KUMPENI

Bagi Anda yang sekarang berumur 50an tahun ke atas biasanya sudah tak asing lagi dengan nama Haji Maulidi. Ia adalah seorang saudagar kaya raya yang tinggal di Pontianak. Bisnis utama pria paruh baya asal Singkawang ini dibidang kuliner. Dialah founder sekaligus owner Rumah makan Melda yang sangat branded di Kota Pontianak. Rumah makan yang terletak di jalan Tanjungpura itu buka 24 jam sehari, dan tak pernah sepi dari pengunjung.
Rumah makan dengan makanan khas ayam goreng itu lalu beranak pinak. Di Jalan Tanjungpura saja ada dua, lalu di Jalan Imam bonjol juga ada. Di Kota Singkawang, bahkan di Jakarta warung makan ini juga ada.
Selain bisnis rumah makan, Haji Maulidi juga dikenal sebagai pengusaha tanah dan property. Tanahnya bertebaran dimana-mana. Begitu juga property. Nilainya bukan lagi satu dua M tapi puluhan M.
Saya mengenal Pak Haji Maulidi sudah cukup lama. Sebelum kaya raya seperti saat ini, ia bersama keluarga tinggal di Kampung Mariana. Bersebelahan dengan rumah orang tua saya. Anak beliau yang laki-laki temen saya mancing keramak (sejenis kepiting kecil) saat masih kecil. Ayah dan ibu saya sangat akrab dengan keluarga beliau. Sedangkan mertua laki-laki saya adalah sahabat kental beliau saat di Kota Singkawang.
Namun, saya tak pernah ngobrol intensif dengan pria yang tak pernah lepas dari rokok ini. Nah, baru beberapa bulan yang lalu saya bersilaturrahmi di Rumah mewahnya di Jalan Putri Candramidi. Saya ke rumah beliau menemani mantan Wakil Walikota Singkawang yang ingin bersilaturahmi dengan beliau. Sehingga baru kali inilah saya terlibat obrolan panjang dengan beliau.
Setelah mengenalkan diri sebagai orang kampung mariana, lalu punya mertua orang Singkawang yang sahabt karibnya, suasana agak sedikit cair. Kamipun terlibat obrolan berbagai macam hal. Lalu Pak Haji Maulidi melemparkan kalimat yang menarik buat saya.
“Anak muda sekarang ini kurang berjuang. Tak berani berkorban”, ujar Pak Haji membuka pembicaraan.
Saya tak tahu ungkapan itu ditujukan kepada siapa. Kalau ditujukan kesaya rasanya tak mungkin. Soalnya sudah puluhan tahun lamanya saya tak pernah jumpa. Iapun pasti tak tahu apa aktivitas saya sekarang. Makanya saya lebih memilih diam, untuk mendengarkan lanjutan kalimatnya.
“Anak-anak sekarang itu hanya mau menikmati hasil saja. Saya bisa seperti ini itu tidak gampang. Penuh perjuangan. Penuh pengorbanan”, lanjutnya.
Lalu ia bercerita panjang lebar tentang lika-liku hidupnya. Tentang perjalanan hidupnya yang getir. Tentang aneka cobaan hidup yang menghampiri. Hingga menjadi orang yang berlimpah harta seperti sekarang. Saya hanya mendengarkan saja.
“Kau tahu, Ben. Waktu kecil saye itu pernah ditampar kompeni”, Kata Pak Haji.
“Lho Kok bisa Pak Haji?, tanya saya singkat.
Lalu Pak Haji Maulidi bercerita panjang lebar tentang masa kecilnya yang getir. Ia bercerita sewaktu kecil, sekitar umur 8 tahunan, ia tak bisa sekolah karena tak punya uang sama sekali. Maka ia memilih bekerja. Bekerja apa saja yang penting dapat uang untuk makan.
Salah satu pekerjaannya adalah menjadi kacung atau pemungut bola di lapangan tenis milik kompeni Belanda. Satu kali jadi kacung, upahnya bisa untuk makan seharian. Si kompeni juga memberinya bonus beberapa batang rokok.
Habis melaksanakan kerja sebagai kacung, bersama teman-temannya Maulidi kecil punya hobbi yang unik. Yaitu mengintip kompeni belanda yang senang berdansa di markasnya. Markasnya terletak tepat di ujung Jembatan Agen Singkawang. Jembatan itu masih kokoh hingga sekarang.
Suatu sore Maulidi kecil melakukan hiburan kecil itu, mengintip kompeni berdansa. Namun sial. Aktivitasnya itu dipergoki oleh kompeni Belanda. Maulidi kecil dijewer lalu, plak! Tamparan keras mendarat di pipinya. Maulidi menangis keras kesakitan. Si Kompeni marah-marah menggunakan bahasa Belanda. Isinya adalah makian dan hinaan yang menyakitkan hati. Maulidi kecil shock. Ia hanya bisa menangis sambil memegang pipinya yang lebam karena tamparan keras kompeni.
Namun ia coba melawan. Ia membalas makian kompeni itu dengan makian berbahasa Singkawang yang tak diketahui artinya oleh si Kompeni jahat itu.
“Kiwak Kau, Mister. Awas kau yiiii…sekarang bolehlah kau tampar aku. Tapi kallak mun aku dah bassar, Kantormu pasti kubeli. Biar kitak tak punye kantor agik. Sial, jak…”, begitu makian Maulidi kecil sambil menangis terisak-isak lalu beranjak pergi.
Setelah kejadian yang menyakitkan hati itu Maulidi kecil semakin giat bekerja. Ia tak pernah melupakan kejadian itu. Kejadian itu menjadi penyemangatnya dalam bekerja. Apapun ia kerjakan. Berjualan, menjadi pembantu, berbisnis lalu bangkrut, pindah dari rumah kontrakan satu ke rumah kontrakan lain. Hingga hijrah ke Kota Pontianak dan memuliai berbisnis di ibu kota provinsi Kalbar ini.
Singkat cerita, berpuluh-puluh tahun kemudian Maulidi kecil menjadi pengusaha yang sukses. Dan sekitar tahun 2000-an awal, ia bertandang ke Kampung Halamanya di Singkawang. Saat berkunjung ke SIngkawang ia selalu mengunjungi bekas kantor kompeni yang menjadi sasksi bisu dendamnya kepada Si Kompeni. Lalu tak disangka-sangka kantor bekas kompenni itu ternyata mau dijual oleh pemiliknya. Aset itu memang sudah beberapa kali pindah tangan.
Tanpa berlama-lama Haji Maulidi langsung membelinya. Ia tak peduli dengan untung atau rugi. Yang penting dendamnya terbalaskan. Yang penting janjinya dapat ia laksakan.
Kantor yang sudah reot itupun lalu ia beli. Lalu ia robohkan. Lalu ia bangun kembali dengan bangunan baru yang lebih modern.
“Gayye ceritenye, Ben. Akhirnye kurubbohkan rumah kompeni yang pernah nampar aku yeee. Raselah kau! Puas dah aku!”, ujar Haji Maulidi cekikikan.
Sayapun ikut cekikikan. Lalu melontarkan statemen…
“Tapi Pak Haji haros bersyukur. Mun dolok Pak Haji da’an kenaktampar kumpeni keh, bise jadi Pak Haji da’an Sekaye sekarang….”, kata saya menggunakan bahasa Sambas.
Haji Mauidi mengangguk-angguk. Mengiyakan.
“Battol! Battol jimu ye”, Kata Haji Maulidi sambil terkekeh-kekeh.
Hahaa…pengalaman pahit ternyata tak selamanya berbuah pahit. Orang yang jahat ternyata bisa membuat kita menjadi lebih baik.
Penulis : Bungben, Pontianak 13 Oktober 2016

1 komentar:

  1. How to Play Baccarat | WOWLione
    In most forms of casino games, players choose 인카지노 one of the bets of a dealer worrione from When you 샌즈카지노 make a bet, the dealer will have the bet slip in his hand that

    BalasHapus