ORANG INI KAYA RAYA SETELAH DITAMPAR KUMPENI
Bagi Anda yang sekarang berumur 50an tahun ke atas biasanya sudah tak
asing lagi dengan nama Haji Maulidi. Ia adalah seorang saudagar kaya
raya yang tinggal di Pontianak. Bisnis utama pria paruh baya asal
Singkawang ini dibidang kuliner. Dialah founder sekaligus owner Rumah
makan Melda yang sangat branded di Kota Pontianak. Rumah makan yang
terletak di jalan Tanjungpura itu buka 24 jam sehari, dan tak pernah
sepi dari pengunjung.
Rumah makan dengan makanan khas ayam
goreng itu lalu beranak pinak. Di Jalan Tanjungpura saja ada dua, lalu
di Jalan Imam bonjol juga ada. Di Kota Singkawang, bahkan di Jakarta
warung makan ini juga ada.
Selain bisnis rumah makan, Haji
Maulidi juga dikenal sebagai pengusaha tanah dan property. Tanahnya
bertebaran dimana-mana. Begitu juga property. Nilainya bukan lagi satu
dua M tapi puluhan M.
Saya mengenal Pak Haji Maulidi sudah cukup
lama. Sebelum kaya raya seperti saat ini, ia bersama keluarga tinggal di
Kampung Mariana. Bersebelahan dengan rumah orang tua saya. Anak beliau
yang laki-laki temen saya mancing keramak (sejenis kepiting kecil) saat
masih kecil. Ayah dan ibu saya sangat akrab dengan keluarga beliau.
Sedangkan mertua laki-laki saya adalah sahabat kental beliau saat di
Kota Singkawang.
Namun, saya tak pernah ngobrol intensif dengan
pria yang tak pernah lepas dari rokok ini. Nah, baru beberapa bulan yang
lalu saya bersilaturrahmi di Rumah mewahnya di Jalan Putri Candramidi.
Saya ke rumah beliau menemani mantan Wakil Walikota Singkawang yang
ingin bersilaturahmi dengan beliau. Sehingga baru kali inilah saya
terlibat obrolan panjang dengan beliau.
Setelah mengenalkan diri
sebagai orang kampung mariana, lalu punya mertua orang Singkawang yang
sahabt karibnya, suasana agak sedikit cair. Kamipun terlibat obrolan
berbagai macam hal. Lalu Pak Haji Maulidi melemparkan kalimat yang
menarik buat saya.
“Anak muda sekarang ini kurang berjuang. Tak berani berkorban”, ujar Pak Haji membuka pembicaraan.
Saya tak tahu ungkapan itu ditujukan kepada siapa. Kalau ditujukan
kesaya rasanya tak mungkin. Soalnya sudah puluhan tahun lamanya saya tak
pernah jumpa. Iapun pasti tak tahu apa aktivitas saya sekarang. Makanya
saya lebih memilih diam, untuk mendengarkan lanjutan kalimatnya.
“Anak-anak sekarang itu hanya mau menikmati hasil saja. Saya bisa
seperti ini itu tidak gampang. Penuh perjuangan. Penuh pengorbanan”,
lanjutnya.
Lalu ia bercerita panjang lebar tentang lika-liku
hidupnya. Tentang perjalanan hidupnya yang getir. Tentang aneka cobaan
hidup yang menghampiri. Hingga menjadi orang yang berlimpah harta
seperti sekarang. Saya hanya mendengarkan saja.
“Kau tahu, Ben. Waktu kecil saye itu pernah ditampar kompeni”, Kata Pak Haji.
“Lho Kok bisa Pak Haji?, tanya saya singkat.
Lalu Pak Haji Maulidi bercerita panjang lebar tentang masa kecilnya
yang getir. Ia bercerita sewaktu kecil, sekitar umur 8 tahunan, ia tak
bisa sekolah karena tak punya uang sama sekali. Maka ia memilih
bekerja. Bekerja apa saja yang penting dapat uang untuk makan.
Salah satu pekerjaannya adalah menjadi kacung atau pemungut bola di
lapangan tenis milik kompeni Belanda. Satu kali jadi kacung, upahnya
bisa untuk makan seharian. Si kompeni juga memberinya bonus beberapa
batang rokok.
Habis melaksanakan kerja sebagai kacung, bersama
teman-temannya Maulidi kecil punya hobbi yang unik. Yaitu mengintip
kompeni belanda yang senang berdansa di markasnya. Markasnya terletak
tepat di ujung Jembatan Agen Singkawang. Jembatan itu masih kokoh hingga
sekarang.
Suatu sore Maulidi kecil melakukan hiburan kecil itu,
mengintip kompeni berdansa. Namun sial. Aktivitasnya itu dipergoki oleh
kompeni Belanda. Maulidi kecil dijewer lalu, plak! Tamparan keras
mendarat di pipinya. Maulidi menangis keras kesakitan. Si Kompeni
marah-marah menggunakan bahasa Belanda. Isinya adalah makian dan hinaan
yang menyakitkan hati. Maulidi kecil shock. Ia hanya bisa menangis
sambil memegang pipinya yang lebam karena tamparan keras kompeni.
Namun ia coba melawan. Ia membalas makian kompeni itu dengan makian
berbahasa Singkawang yang tak diketahui artinya oleh si Kompeni jahat
itu.
“Kiwak Kau, Mister. Awas kau yiiii…sekarang bolehlah kau
tampar aku. Tapi kallak mun aku dah bassar, Kantormu pasti kubeli. Biar
kitak tak punye kantor agik. Sial, jak…”, begitu makian Maulidi kecil
sambil menangis terisak-isak lalu beranjak pergi.
Setelah
kejadian yang menyakitkan hati itu Maulidi kecil semakin giat bekerja.
Ia tak pernah melupakan kejadian itu. Kejadian itu menjadi
penyemangatnya dalam bekerja. Apapun ia kerjakan. Berjualan, menjadi
pembantu, berbisnis lalu bangkrut, pindah dari rumah kontrakan satu ke
rumah kontrakan lain. Hingga hijrah ke Kota Pontianak dan memuliai
berbisnis di ibu kota provinsi Kalbar ini.
Singkat cerita,
berpuluh-puluh tahun kemudian Maulidi kecil menjadi pengusaha yang
sukses. Dan sekitar tahun 2000-an awal, ia bertandang ke Kampung
Halamanya di Singkawang. Saat berkunjung ke SIngkawang ia selalu
mengunjungi bekas kantor kompeni yang menjadi sasksi bisu dendamnya
kepada Si Kompeni. Lalu tak disangka-sangka kantor bekas kompenni itu
ternyata mau dijual oleh pemiliknya. Aset itu memang sudah beberapa kali
pindah tangan.
Tanpa berlama-lama Haji Maulidi langsung
membelinya. Ia tak peduli dengan untung atau rugi. Yang penting
dendamnya terbalaskan. Yang penting janjinya dapat ia laksakan.
Kantor yang sudah reot itupun lalu ia beli. Lalu ia robohkan. Lalu ia bangun kembali dengan bangunan baru yang lebih modern.
“Gayye ceritenye, Ben. Akhirnye kurubbohkan rumah kompeni yang pernah
nampar aku yeee. Raselah kau! Puas dah aku!”, ujar Haji Maulidi
cekikikan.
Sayapun ikut cekikikan. Lalu melontarkan statemen…
“Tapi Pak Haji haros bersyukur. Mun dolok Pak Haji da’an kenaktampar
kumpeni keh, bise jadi Pak Haji da’an Sekaye sekarang….”, kata saya
menggunakan bahasa Sambas.
Haji Mauidi mengangguk-angguk. Mengiyakan.
“Battol! Battol jimu ye”, Kata Haji Maulidi sambil terkekeh-kekeh.
Hahaa…pengalaman pahit ternyata tak selamanya berbuah pahit. Orang yang jahat ternyata bisa membuat kita menjadi lebih baik.
Penulis : Bungben, Pontianak 13 Oktober 2016
How to Play Baccarat | WOWLione
BalasHapusIn most forms of casino games, players choose 인카지노 one of the bets of a dealer worrione from When you 샌즈카지노 make a bet, the dealer will have the bet slip in his hand that