SAJAA GILAA, NGERI DENGAR ANALISA KAWAN KITA INI
--------------------
KALAU PERANG SEKARANG, KITA TAK BISA MENANG!
Kalau sekarang kita terlibat perang karena diserang, saya kain kita tak
bakalan menang. Gitu kata Ireng Maulana, MA kepada saya kemarin.
Lulusan paska Sarjana IOWA University Amerika Serikat ini menjelaskan
dengan panjang lebar betapa rapuhnya pertahanan Bangsa Indonesia dalam
dua puluh tahun terakhir.
"Sebenarnya kekuatan bangsa Indonesia
itu terletak pada sekurangnya empat faktor", ujar pria berumur 30 tahun
yang mengambil konsentrasi studi strategi perang di Negeri Paman Sam
ini. Ketiga faktor itu menurutnyaadalah kebersatuan TNI dengan Rakyat,
daya tahan masyarakat, kemampuan industri, serta kekuatan para ulama.
"Saat ini keempatnya itu kita sangat lemah" kata Ireng.
Coba
lihat, sekarang ini sedang terjadi konflik terselubung antara TNI dan
masyarakat. Ia mengatakan seringkali oknum TNI lebih berpihak pada
penguasa dan pengusaha dibandingkan masyarakat.Hubungan TNI-Rakyat jadi
agak renggang. Ini akan sangat berbahaya, Negara kita ini luas. Jumlah
tentara Indonesia tak akan cukup untuk mempertahankan republik jika
terjadi serangan dari segala penjuru. Rakyat harus membantu. Tapi kalau
TNI serignkali tak berpihak pada masyarakat, bisa jadi masyarakat akan
enggan membantu.
Sementara hutan sebagai sumber makanan telah
menjadi perkebunan sawit sekala besar. Masyarakatpun semakin kehilangan
tradisi bercocok tanam. Kalau terjadi perang, masyarakat tak lagi
terampil bercocok tanam? Sementara mau cari makan di hutan, hutannya
sudah rata jadi perkebunan. "Bagaimana bisa ikut perang kalau tak ada
makanan", ujar Ireng.
Masyarakat kita juga belum terlatih menjadi
tenaga yang terampil dalam bekerja. Dulu saat perang dunia ke dua,
masyarakat sipil di negara-negara yang terlibat perang dikerahkan
menjadi tenaga di pabrik makanan, pabrik senjata serta pabrik-pabrik
lainnya. Tentara membangun pabrik, masyarakat sipil yang tak bisa ikut
perang, membantu negara memproduksi aneka barang untuk mempertahankan
diri saat berperang. Nah masyarakat kita sekarang ini belum punya
tradisi dan keterampilan untuk memproduksi barang dalam skala massif.
Lalu siapa yang akan memproduksi aneka keperluan tentara di lini depan
jika kelak terjadi perang? tanya Ireng.
Demikan juga dengan
kualitas para ulama kita. Sekarang ini semakin jarang ulama yang dekan
dengan masyarakat. Rasanya tak mungkinkan rakyat mau ikut berperang jika
yang mengeluarkan fatwa jihaditu seperti penceramah yang terkenal
dengan jargonnya..jamaaah, ooo jama'ah. Alhamdu...lillah!", ujar Ireng
sambil tersenyum.
Makanya kalau sekarang ini terjadi perang, kita tak bakalan bisa menang!" pungkas Ireng.
_______
Begitu kira-kira lontaran gagasan sobat saya ini. Saya sangat setuju.
Mestinya para pejabat di departemen pertahanan nasional memikirkan masa
depan Indonesia jauh ke depan. Pusing juga sekarang ini. Lihatlah di
perbatasan...hutan-hutan sudah gundul berganti dengan sawit. Kalau
perang, tak ada lagi pohon besar untuk bersembunyi. Kalau sedang
berperang lalu lapar, tak mungkin tentara kita bisa makan buah sawit.
Jangankan menang, bertahan hidup saja tak bise ye bro? Ngeri....sajaa gilla, bah!
Tapi percayakan pertahanan negeri ini dengan Tentara kita. Mereka pasti
sudah memikirkannya. Hanya mungkin tak yakin akan terjadi perang.
Hihiii.
Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia. Jayalah TNI, Jayalah negeriku!
____
bungben, pontianak, 5 Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar