Cari Blog Ini

Jumat, 14 Oktober 2016

Analisa, Ngeri Dengarnya. "Saja Gilaa" {kata Bungben}

SAJAA GILAA, NGERI DENGAR ANALISA KAWAN KITA INI
--------------------
KALAU PERANG SEKARANG, KITA TAK BISA MENANG!
Kalau sekarang kita terlibat perang karena diserang, saya kain kita tak bakalan menang. Gitu kata Ireng Maulana, MA kepada saya kemarin. Lulusan paska Sarjana IOWA University Amerika Serikat ini menjelaskan dengan panjang lebar betapa rapuhnya pertahanan Bangsa Indonesia dalam dua puluh tahun terakhir.
"Sebenarnya kekuatan bangsa Indonesia itu terletak pada sekurangnya empat faktor", ujar pria berumur 30 tahun yang mengambil konsentrasi studi strategi perang di Negeri Paman Sam ini. Ketiga faktor itu menurutnyaadalah kebersatuan TNI dengan Rakyat, daya tahan masyarakat, kemampuan industri, serta kekuatan para ulama. "Saat ini keempatnya itu kita sangat lemah" kata Ireng.
Coba lihat, sekarang ini sedang terjadi konflik terselubung antara TNI dan masyarakat. Ia mengatakan seringkali oknum TNI lebih berpihak pada penguasa dan pengusaha dibandingkan masyarakat.Hubungan TNI-Rakyat jadi agak renggang. Ini akan sangat berbahaya, Negara kita ini luas. Jumlah tentara Indonesia tak akan cukup untuk mempertahankan republik jika terjadi serangan dari segala penjuru. Rakyat harus membantu. Tapi kalau TNI serignkali tak berpihak pada masyarakat, bisa jadi masyarakat akan enggan membantu.
Sementara hutan sebagai sumber makanan telah menjadi perkebunan sawit sekala besar. Masyarakatpun semakin kehilangan tradisi bercocok tanam. Kalau terjadi perang, masyarakat tak lagi terampil bercocok tanam? Sementara mau cari makan di hutan, hutannya sudah rata jadi perkebunan. "Bagaimana bisa ikut perang kalau tak ada makanan", ujar Ireng.
Masyarakat kita juga belum terlatih menjadi tenaga yang terampil dalam bekerja. Dulu saat perang dunia ke dua, masyarakat sipil di negara-negara yang terlibat perang dikerahkan menjadi tenaga di pabrik makanan, pabrik senjata serta pabrik-pabrik lainnya. Tentara membangun pabrik, masyarakat sipil yang tak bisa ikut perang, membantu negara memproduksi aneka barang untuk mempertahankan diri saat berperang. Nah masyarakat kita sekarang ini belum punya tradisi dan keterampilan untuk memproduksi barang dalam skala massif. Lalu siapa yang akan memproduksi aneka keperluan tentara di lini depan jika kelak terjadi perang? tanya Ireng.
Demikan juga dengan kualitas para ulama kita. Sekarang ini semakin jarang ulama yang dekan dengan masyarakat. Rasanya tak mungkinkan rakyat mau ikut berperang jika yang mengeluarkan fatwa jihaditu seperti penceramah yang terkenal dengan jargonnya..jamaaah, ooo jama'ah. Alhamdu...lillah!", ujar Ireng sambil tersenyum.
Makanya kalau sekarang ini terjadi perang, kita tak bakalan bisa menang!" pungkas Ireng.
_______
Begitu kira-kira lontaran gagasan sobat saya ini. Saya sangat setuju. Mestinya para pejabat di departemen pertahanan nasional memikirkan masa depan Indonesia jauh ke depan. Pusing juga sekarang ini. Lihatlah di perbatasan...hutan-hutan sudah gundul berganti dengan sawit. Kalau perang, tak ada lagi pohon besar untuk bersembunyi. Kalau sedang berperang lalu lapar, tak mungkin tentara kita bisa makan buah sawit.
Jangankan menang, bertahan hidup saja tak bise ye bro? Ngeri....sajaa gilla, bah!
Tapi percayakan pertahanan negeri ini dengan Tentara kita. Mereka pasti sudah memikirkannya. Hanya mungkin tak yakin akan terjadi perang. Hihiii.
Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia. Jayalah TNI, Jayalah negeriku!
____
bungben, pontianak, 5 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar